Posted by : Encus Susanti
Jumat, 28 Januari 2011
Sejarah Pemikiran Evolusi
- Kebudayaan Barat Menolak Pandangan Evolusioner Mengenai Kehidupan
v Pada akhir tahun 1859, Charles Darwin mempublikasikan buku “ The Origin of Species “. Pada masa itu buku Darwin bukan hanya menentang pandangan ilmiah yang berlaku saat itu, tapi juga mengguncang akar paling dalam dari kebudayaan Barat. Buku Darwin menentang pandangan dunia yang telah diyakini dan di ajarkan selama berabad-abad.
Sejumlah filsuf Yunani seperti Anaximander (500SM) meyakini terjadinya evolusi kehudupan secara bertahap. Tetapi para filsuf yang paling mempengaruhi kebudayaan Barat, Plato (427-347 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM), tetap memegang pendapat yang bertentangan denan konsep evolusi yaitu spesies bersifat permanen, sempurna, dan tidak berkembang.
- Teori dan Ilmu yang Membantu Membuka Jalan Bagi Para Ahli Biologi Evolusi
v Carolus Linnaeus (1707-1778) seorang dokter dan ahli botani Swedia, yang dikenal sebagai Bapak Taksonomi, yaitu cabang Biologi yang membahas penamaan dan pengelompokan bentuk kehidupan yang sangat beranekan ragam. Bagi Linnaeus, pengelompokan spesies yang mirip dalam suatu kelompok tidak mengimplikasikan adanya pertalian keluarga menurut garis evolusi, namun seabad kemudian, system taksonominya ternyata menjadi titik fokus pendapat Darwin mengenai evolusi.
v Georges Cuvier (1769-1832), seorang ahli anatomi Perancis banyak mengembangkan ilmu Paleontologi, yakni ilmu mengenai fosil. Ia mengemukakan bahwa sejarah kehidupan tercatat di dalam lapisan-lapisan bumi yang mengandung fosil-fosil dengan cirri khasnya masing-masing. Namun Cuvier merupakan penentang kuat bagi para penganut evolusi pada masanya, ia beranggapan bahwa perbedaan ciri fosil yang ia temukan dalam lapisan-lapisan bumi disebabkan oleh serangkaian bencana besar (Katastrofe) kemudian disusul dengan penciptaan spesies. Pandangan Cuvier tersebut dinamakan Katastrofisme.
v James Hutton (1726-1797) seorang ahli geologi Skotlandia. Ia menjelaskan sifat dan ciri geologis bumi dengan teori gradualisme (secara bertahap) yang menganggap bahwa perubahan mendalam dan nyata merupakan produk komulatif proses yang berlangsung lambat namun terus-menerus (Campbel, 2003:7).
v Charles Lyell (1797-1875) ahli geologi Skotlandia, ia memadukan teori gradualisme Hutton dalam suatu teori yang dikenal dengan nama Uniformitarianisme atau keseragaman (Uniformitarianism). Istilah itu mengacu pada ide Lyell bahwa geologis masih belum berubah sepanjang sejarah bumi ini (Campbel, 2003:7).
Darwin dipengaruhi sangat kuat oleh dua kesimpulan yang dihasilkan dari pangamatan Hutton dan Lyell,
ü Pertama, jika perubahan geologis merupakan akibat dari kerja lambat dan terus-menerus dan bukan akibat dari kejadian yang tiba-tiba, maka bumi ini lebih tua dari 6000 tahun seperti yang dinyatakan oleh banyak ahli teologi.
ü Kedua, proses yang sangat lambat namun sangat halus yang bertahan selama periode waktu yang sangat panjang dapat menyebabkan perubahan yang cukup besar.